Latar belakang munculnya nasionalisme Indonesia
Hi guys!!! Welcome to the Chimie blog "Learning History is more fun!!!". Has it not been updated for a long time, does the reader miss Chimie? No? OK, only Jimin is missing, Hhaha. Today we will discuss "Latar belakangnya munculnya nasionalisme di Indonesia". Nah, nasionalisme itu sendiri memiliki arti ingin menciptakan dan mewujudkan cita-cita negara nya. Pada abad ke XX semangat nasionalisme mulai berkembang di Indonesia. Semangat nasionalisme mendorong perlawanan bangsa Indonesia terhadap praktik penjajahan di Indonesia. Munculnya nasionalisme di Indonesia merupakan cerminan adanya penderitaan yang dialami akibat praktik penjajahan. Adapun faktor-faktor yang membelakangi munculnya nasionalisme Indonesia. Apa saja faktor-faktor tersebut? Simak uraian berikut.
1. Perluasan Pendidikan
Politik kolonial yang mengeksploitasi rakyat Indonesia menimbulkan keprihatinan sebagian masyarakat Belanda. Pada 1859 Conraad Theodore van Deventer menuangkan kritikannya dalam majalah De gids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour (Utang budi / Utang kehormatan). Ia mengusulkan agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia. Pada abad 1901 pemerintah Belanda menerapkan politik etis di Indonesia sebagai bentuk balas budi Belanda kepada bangsa Indonesia.
Pokok-pokok kebijakan politik etis sebagai berikut.
- Irigasi, yaitu pembangunan sarana pengairan untuk mengairi sawah-sawah penduduk guna membantu peningkatan kesejahteraan penduduk.
- Pendidikan, yaitu penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat pribumi agar menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik.
- Migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat (khususnya pulau jawa) ke daerah yang jarang penduduknya agar lebih merata.
Padaawalnya pelaksanaan politik etis bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang semakin terpuruk. Akan tetapi, dalam pelaksanaan politik etis lebih menguntungkan pihak Belanda.
Berikut beberapa penyelewengan dalam pelaksanaan politik etis
- Irigrasi hanya bertujuan untuk tanah tanah perkebunan swasta Belanda yang subur.
- Pendidikan dibuka hanya untuk anak-anak pegawai negeri dan golongan yang mampu. Pada masa ini terjadi diskriminasi pendidikan yang ditandai dengan pengajaran di sekolah kelas 1 untuk anak-anak pegawai negeri dan golongan kaya dan sekolah kelas 2 untuk anak-anak pribumi pada umumnya.
- migrasi hanya untuk mengirim orang orang jawa ke luar jawa bulan dijadikan buruh perkebunan dengan upah yang murah.
Kebijakan politik etis yang paling dirasakan masyarakat Indonesia yaitu dalam bidang pendidikan. Adanya kebijakan pendidikan yang menyebabkan banyak orang Indonesia berpendidikan modern. Kondisi inilah yang mempelopori munculnya gerakan pendidikan, sosial, dan politik. Sehingga melahirkan para tokoh pemimpin pergerakan nasional di Indonesia.
Politik etis juga mengubah pandangan dalam politik kolonial. Kondisi tersebut menyebabkan banyak pemerintah Belanda tidak menganggap Hindia Belanda sebagai wingewest (daerah yang menguntungkan). Pemerintah Belanda mulai beranggapan Hindia Belanda perlu dikembangkan sehingga dapat memenuhi keperluannya dan mengkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pemerintah Belanda mulai mendirikan sekolah sekolah di Hindia Belanda. Selain itu juga, muncul sekolah sekolah swasta yang didirikan oleh organisasi sosial dan keagamaan.
Pendidikan merupakan investasi (penanaman modal sehingga mendapatkan keuntungan) masa depan. Melalui pendidikan tertanam pengetahuan dan kesadaran Nasionalisme bangsa Indonesia. Pada awal abad XX masyarakat Indonesia mendapatkan kesempatan berpendidikan yang semakin tinggi. Sehingga menumbuhkan semangat nasionalisme. Melalui pendidikan, terjadi transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat pembaruan dalam masyarakat. Semangat pembaruan ini yang mendorong munculnya semangat nasionalisme Indonesia.
2. Kekalahan Perjuangan di Berbagai Daerah
Sebelum abad XXI perjuangan masih bersifat kedaerahan menjadi penyebab kegagalan perjuangan bangsa Indonesia. Mulai abad ke XX juga pola perjuangan bangsa perjuangan mulai berubah dan sifat kedaerahan juga mulai dihapuskan.
Pada massa sekarang masyarakat Indonesia telah menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat perjuangan bersama. Paham nasionalisme menjadi sarana perjuangan yang kuat yang diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 October 1928.
3. Rasa Senasib Sepenanggungan
Pada awal abad XX kolonialisme telah berhasil menyatukan wilayah Hinddia Belanda menjadi kesatuan politik, hukum, dan pemerintah. Perluasan wilayah Indonesia mempengaruhi politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dari situ muncul perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal ini yang mendorong semangat persatuan untuk mengusir penjajah di Indonesia.
4. Perkembangan Organisasi Etnik, Kedaerahan, dan Keagamaan
Dimulai pada awal abad ke XX, sejak bangsa Indonesia menyadari pentingnya perjuangan bersama seluruh unsur bangsa. Perjuangan pada abad ke XX dilakukan melalui organisasi politik, pendidikan dan ekonomi. Perkembangan pergerakan nasional Indonesia dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor dari dalam(intern) dan faktor dari luar(ekstern).
2. Kekalahan Perjuangan di Berbagai Daerah
Sebelum abad XXI perjuangan masih bersifat kedaerahan menjadi penyebab kegagalan perjuangan bangsa Indonesia. Mulai abad ke XX juga pola perjuangan bangsa perjuangan mulai berubah dan sifat kedaerahan juga mulai dihapuskan.
Pada massa sekarang masyarakat Indonesia telah menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat perjuangan bersama. Paham nasionalisme menjadi sarana perjuangan yang kuat yang diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 October 1928.
3. Rasa Senasib Sepenanggungan
Pada awal abad XX kolonialisme telah berhasil menyatukan wilayah Hinddia Belanda menjadi kesatuan politik, hukum, dan pemerintah. Perluasan wilayah Indonesia mempengaruhi politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dari situ muncul perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal ini yang mendorong semangat persatuan untuk mengusir penjajah di Indonesia.
4. Perkembangan Organisasi Etnik, Kedaerahan, dan Keagamaan
Dimulai pada awal abad ke XX, sejak bangsa Indonesia menyadari pentingnya perjuangan bersama seluruh unsur bangsa. Perjuangan pada abad ke XX dilakukan melalui organisasi politik, pendidikan dan ekonomi. Perkembangan pergerakan nasional Indonesia dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor dari dalam(intern) dan faktor dari luar(ekstern).
Faktor dari dalam (Intern)
(1) Penderitaan rakyat yang berkepanjangan
(2) Lahirnya golongan terpelajar
(3) Mengenang kejayaan masa lampau yang gemilang (kerajaan Sriwijaya dan Majapahit)
Faktor dari luar (Ekstern)
(1) Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
(2) Kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti India, Philipina, Cina, dan Turki
(3) Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.
-)Pergerakan Nasional yang bersifat keagamaan
1) Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan yang bersifat nonpolitik. Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Tujuan dibentuknya adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
2) Persatuan Islam (Persis)
Merupakan organisasi islam modern yang bersifat nonpolitik. Persis didirikan di Bandung pada 12 September 1923. Tokoh pendiri organisasi ini ialah K.H.Zamzam. dalam pergerakannya, organisasi ini lebih berorieentasi pada perjuangan dan dakwah. Paham yang dianut oleh organisasi ini mengadopsi paham perkembangan islam yang telah disebarkan oleh Muhammad Abduh.
3) Nadhatul Ulama
Didirikan di Surabaya pada 1 Januari 1926. Tokoh pendiri NU ialah K.H.Hasyim Ashari. Organisasi ini bertujuan menegakkan ajaran islam dan menerapka hukum Islam dalam masyarakat.
Kaum-kaum intelektual Indonesia era pergerakan nasional |
-) Pergerakan Nasional yang bersifat kedaerahan
1) Paguyuban Pasundan
Paguyuban Pasundan didirikan di Jakarta pada 1914. Organisasi ini bertujuan menjaga adat istiadat di tanah Pasundan dan memajukan pendidikan masyarakat Sunda dengan mendirikan sekolah-sekolah. Paguyuban Pasundan dipimpin oleh Otto Iskandardinata yang sangat aktif dalam mengkritik kebijaksanaan pemerintah kolonial.
2) Tri Koro Darmo
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915 oleh Satiman Wirjosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Tri Koro Darmo berarti tiga tujuan mulia, yaitu sakti, budi, dan bakti. Kegiatan yang dilakukan mencakup bidang pendidikan, kesenian, dan kepanduan. Dalam perkembangannya, organisasi ini diubah menjadi Jong Java pada 1918.
3) Jong Sumatranen Bond
Jong Sumatranen Bond didirikan di Jakarta oleh para pelajar dari Sumatra yang menuntut ilmu di Jakarta. Organisasi ini didirikan pada 9 Desember 1917 dengan tujuan mempererat tali persaudaraan antara para pelajar Sumatra yang belajar di Jakarta, juga bertujuan untuk meningkatkan minat para pelajar Sumatra agar mempelajari budayanya sendiri. Tokoh tokoh yang bergabung dalam organisasi ini adalah Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Mohammad Yamin.
4) Serikat Ambon
Didirikan oleh A.J.Patty pada 9 Mei 1918 dengan tujuan meningkatkan pendidikan untuk orang Ambon. Ia sangat aktif dalam mengkampanyekan organisasi sehingga ditangkap dan diasingkan ke Flores. Dengan tertangkapnya A.J.Patty, perjuangannya dilanjutkan oleh Mr.Latuharhary. Ia memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan A.J.Patty.
5) Jong Minahasa
Merupakan kelanjutan organisasi dari Rukun Minahasa. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan memupuk rasa nasionalisme dan mempererat persaudaraan antar pelajar Sulawesi. Jong Minahasa didirikan oleh Sam Ratulangi dan Dr. Tumbelaka pada 24 April 1919.
6) Timorsch Verbond
Merupakan perkumpulan masyarakat Timor pada zaman hindia belanda. Perkumpulan ini didirikan pada September 1921 oleh J.W.Ammalo. Anggotanya berasal dari kalangan militer, parapegawai negeri, dan para pegawai raja raja pribumi. Perkumpulan ini didirikan dengan tujuan memajukan bidang ekonomi, bidang sosial, dan kebudayaan masyarakat Timor. Dalam perkembagannya, organisasi ini berubah menjadi organisasi poolitik yang menentang penjajahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar